- 1. Pengertian Husnuzh-Zhan
Husnuzh-Zhan berasal dari kata husnu dan zhan. Husnu = asal katanya
hasanun artinya baik dan zhan berarti prasangka atau praduga. Jadi
menurut istilah Husnuzhan adalah kata hati yang menganggap bahwa orang
lain atau pihak lain berperilaku baik atau anggapan seseorang yang
menganggap bahwa perilaku perbuatan orang/pihak lain adalah baik atau
merugikan dan tidak mencelakakan pihak lainnya.
Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal
juga dengan istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan yang
memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga
dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan
manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab
akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan
yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan
maupun lisan.
2. Dasar Hukum Husnudzan
Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah
(boleh). Sedangkan berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya
telah melarangnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12
yang berbunyi :
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian
kamu menggunjing sebagaian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka
buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh
seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Hikmah Berbuat Husnudzan
a. Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT
b. Bersikap Khaof (takut) dan Raja’ (berharap) kepada Allah
c. Optimis dan tidak berkeluh kesah serta berputus asa
d. Akal fikiran menjadi jernih dan terjauhkan dari akal fikiran kotor
e. Dicintai dan disayangi Allah SWT, Rasul dan orang lain
f. Terjauh dari permusuhan dan lebih dapat mempererat silaturahmi
g. Terjauhkan dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
4. Perbuatan-Perbuatan Husnudzan
A. Husnudzan kepada Allah SWT
Huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik
kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang
hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk
kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut,
jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah
kepada orang tersebut. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda :
“Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan
Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam
dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam
kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia
mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia
mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia
datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan
berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :
1) Bersabar
Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji dalam
menghadapi suka dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta
berserah diri kepada Allah. Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS
Al Baqarah ; 153 yang berbunyi :
Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)
Ujian dan cobaan pasti kan melintas dalam kehidupan setiap manusia.
Ujian dan cobaan tersebut bentuknya beragam, hal itu bisa berupa
kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, sehat dan sakit,
serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga,
sahabat dan sebagainya. Ketika semuanya melintas maka yang harus
dilakuakan adalah apabila itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan
apabila hal tersebut merupakan kesedihan maka bersabarlah. Karena pada
hakekatnya Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan
merupakan ujian hidup yang justru akan menambah keimanan kita apabila
kita ikhlas menerimanya. Allah SWT berfirman :
Artinya:
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS Al Baqarah : 155-156)
Apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus
berbaik sangka dan kita harus tabah serta tawakal menghadapinya. Karena
semakin sayang Allah kepada seorang hambanya maka Allah akan menguji
orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga kadar
keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat bersabar menerima cobaan yang
Allah berikan maka Allah akan memberikan ganjaran yang sangat mulia
yaitu mendapatkan surganya Allah SWT seperti yang diuraikan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh bukhari:
Artinya :
Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman : “Apabila Aku menguji hambaku
dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya
dengan sorga”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Oleh sebab itu, apabila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka tidak
sepantasnya menyalahkan Allah SWT atau su’udzan kepada Allah SWT dengan
menggap Allah penyebab kagagalannya, Allah tidak mendengar doanya, Allah
itu kikir, Allah tidak adil dan lain sebagainya. Sebaliknya dan
sebaiknya adalah harus berinstrospeksi diri, barangkali kegagalan
tersebut disebabkan usahanya belum sungguh-sunggu dilaksanakan secara
maksimal. Kegagalan tersebut harus dijadikan pelajaran, agar pada masa
yang akan datang tidak terulang lagi dan tetap selalu bersikap sabar
terhadap segala ujian dan cobaan yang menimpa. Berikut beberapa cara
agar kita bisa selalu bersikap sabar yaitu :
a. Senantiasa Berdzikir menyebut nama Allah SWT
Zikir bisa melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut asma
Allah. Tetapi, zikir juga bisa dilakukan dengan tindakan merenung dan
memperhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan menarik hikmah.
Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah
juga. Orang yang sabar selalu mengingat Allah dan menyebut asama Allah
apabila menghadapi kesulitan dan musibah, bahkan dalam sebuah hadits
disebutkan bila seseorang berzikir dan membaca Al Qur’an hingga ia lupa
untuk meminta sesuatu kepada Allah maka Allah akan memberikan nikmat
kepadanya melebihi apa yang sebelumnya ia inginkan.
Artinya :
“Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda:
Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang
sibuk membaca Al Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada
Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku
berikan kepada orang yang minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh
perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya“. (Hadits
ditakhrij oleh Turmudzi).
Disebutkan pula dalam Firman Allah QS Ar Ra’du ayat 28 sebagai berikut:
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du : 2)
Dalam ayat lain Allah menybutkan:
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)
b. Mengendalikan Emosi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu atau emosi agar bisa bersikap sabar yaitu :
- Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca
ayat-ayat suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Seseorang
tidak akan terus melampiaskan berang atau kemarahannya apabila ayat suci
Al Qur’an dibaca. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila ayat
suci Al Qur’an bisa digunakan untuk melerai orang yang bertikai.
Demikian pula Rasulullah SAW memberikan resep bagaimana caranya meredam
amarah. “Berwudu’lah!” Demikian anjuran Rasulullah SAW.
- Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang
mampu menghindarkan diri dari kebiasaan yang dilarang agama, akan
membuat hidupnya terbiasa dengan hal-hal yang baik dan tidak mudah
melakukan perbuatan-perbuatan keji. Orang yang tidak sabar, pada umumnya
adalah orang yang tidak perduli, bersikap kasar, berbuat keji misalnya
berjudi, minum-minuman keras, berkelahi, mengeluarkan kata-kata kotor,
menyebarkan fitnah dan masih banyak lagi.
- Memilih lingkungan pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia
yang memiliki sifat sabar, maka bisa diperoleh dengan memasuki
lingkungan pergaulan yang baik, yang cinta akan kebenaran, kebaikan, dan
keadilan.
2) Bersyukur
a) Pengertaian Syukur
Syukur menurut pengertian bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab, yang
berarti terimakasih. Syukur secara istilah yaitu berterimakasih kepada
Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan karunua-Nya,
malalui ucapan, sikap dan perbuatan.
b) Cara-cara bersyukur
Dengan hati.Ø
Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui dengan tulus hati bahwa segala
nikmat dan karunia adalah merupakan pemberian dari Allah SWT dan tak ada
selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat dan karunia tersebut.
Dengan lisan.Ø
Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, mengucapkan lafal-lafal
dzikir lainnya, membaca al-quran, membaca buku ilmu pengetahuan dan amal
ma’ruf nahi munkar dan senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran
dan kesabaran.
Dengan perbuatan.Ø
Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah yang diperintahkan Allah
SWT kepada kita dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah.
Syukur dengan perbuatan seperti sholat, belajar, membantu orang tua,
berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah, dan
menghormati guru.
Dengan harta benda.Ø
Yaitu dengan cara menafkahkan dan membelanjakan harta benda yang telah
Allah rizkikan kepada kita untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi
kehidupan dunia dan akhirat.
c) Hal-hal yang harus disyukuri
Nikmat jasmaniØ
Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah menciptakan kita dalam
bentuk yang paling sempurna, anatomi tubuh yang sempurna seperti bentuk
hidung yang memiliki libang di bawah, telinga yang elastis, bulu alis
yang diletakkan di atas mata, tangan yang memiliki jari-jari, kuku yang
bisa mamanjang dan tidak terasa sakit ketika dipotong, panca indra yang
menjadikan segalanya menjadi terasa.
Nikmat rohaniØ
Karunia dan anugrah Allah SWT atas nikmat rohani yang patut disukuri
adalah Allah telah mehirkan kita, diberikannya jasad kita ruh,
kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita bisa hidup, berfikir, merasakan
senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan yang melengkapi
segala kehidupan kita.
Nikmat dunia dan seisinyaØ
Apabila kita harus menghitung satu persatu nikmat Allah niscaya
tidakalah akan terhitung jumlanya. (QS. Al-Baqarah, 2 : 152 dan QS.
Ibrahim, 14 : 34). Nikmat Allah tersebar di darat, laut, udara. Segala
yang Allah ciptakan, air, bebatuan, hamparan tanah, gunung, hutan, api,
salju, hembusan angin, sinar matahari, hujan, tumbuh-tumbuhan, hewan,
dingin, panas dan seluruh isi semesta merupakan nikmat dari Allah SWT
yang harus kita syukuri.
B. Husnudzan kepada diri kita senidiri
1. Percaya diri
Segala kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang harus
kita syukuri. Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita
manfaatkan sebaik mungkin. Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak
berarti apabila kita tidak percaya diri terhadap kemampuan yang kita
miliki.
Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya,
sehingga di berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan
mendapatkan hasil atas kemampuan yang ia usahakannya.
2. Gigih
Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja keras. Gigis secara
istilah berarti mempunyai semangat hidup, tidak mengenal lelah, dan
tidak menyerah. Gigih juga bisa diartikan kemauan kuat seseorang dalam
usaha mencapai sesuatu cita-cita.
Gigih sebagai salah satu dari akhlakul karimah sangat diperlukan dalam
suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal, suatu usaha
harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan hati. Setiap muslim
wajib memilki sifat dan sikap gigih. Gigih dalam beribadah, gigih alam
belajar untuk mencapai cita-cita dan gigih dalam mencari rezeki untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasrah : 7
yang berbunyi:
Artinya:
“ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah :
7)
Ayat Al-Quran yang menyatakan tentang anjuran bersifat gigih juga
dijelaskan dalam QS. Al-Jumu’ah : 10. Dan diperintahkan pula dalam sabda
Rasulullah SAW:
اَلْمُؤْمِنُُ الْقَوِيُ خَيْرٌ وَ اَحَبُّ اِلى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيْفِ وَ فِى كُلِّ خَيْرٌ اِخْرِصْ عَلى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَ لاَ تَعْجِرْ…..رواه مسلم
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah
daripada mukmin yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya.
Bersemangatlah kamu mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR
Muslim)
Selain sabda nabi yang tersebut di atas, dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Sakir dinyatakan pula bahwa :
Artinya :
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup
selamanya, dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu
akan mati besok.” (HR. Ibnu Sakir)
Orang yang gigih tidak akan berpangku tangan dan tidak suka
bermalas-malasan sehingga ia akan merasa keberkahan hidup. Apabila
setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya hidayah dan karunia
Allah akan menaungi kita. Gigihlah dalam berusaha, Allah dan orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha
kita yang sia-sia dan selalu ada perubahan pada diri kita ke arah yang
lebih baik sebagai mana sabda nabi Muhammad SAW :
Artinya :
“Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin,
dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang keadaan hari ini
seperti kemarin dia adalah orang yang rugi, dan barang siapa yang yang
keadaan hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia terkutuk.” (HR.
Hakim)
Beberapa sikap yang dimiliki seseorang yang gigih antara lain adalah :
a. Gigih dalam berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ihlas
b. Memiliki program perencanaan yang baik dan membagi waktu yang tepat
c. Memiliki rasa tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
d. Selalu memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT
e. Selalu ada keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,
3. Berinisiatif
Inisiatif secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti
prakarsa, perintis jalan sebagai pelopor atau langkah pertama atau
teladan. Inisiatif bisa difahami sebagai sikap yang senantiasa berbuat
sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja
keras dan etos kerja yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif
disebut inisiator. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
“ Barang siapa merintis jalan kebaikan (meletakkan dasar), maka ia
memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya. Disamping juga dari
pihak orang yang mengikiti jejaknya. Demikian pula barang siapa
merintis jalan maksiat maka ia tertimpa siksa ganda (kejahatan dari diri
sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-Hadits)
Dalam Firman Allah SWT QS An Najm : 38-41 juga disebutkan :
Artinya :
“39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)
Kemudian dijelaskan pula dalam firman Allah SWT QS. Alam Nasrah ayat 1-8 berikut ini :
Artinya :
“1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami
telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu?
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. “ (QS Alam Nasrah :
1-8)
Renungkanlah ayat diatas. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat
yang produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah
selesai kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan
dengan ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, senantiasa mengefisienskan waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan atau permasalahan. Cara dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut
diatas disebut produktivitas kerja. Senantiasa menghasilkan etos
kerjanya untuk menghasilkan yang lebih baik.
Contoh perilaku yang mencerminkan perbuatan inisiatif
- Titeu Sunrani adalah siswa yang belajar disebuah sekolah SMA formal
dan sekaligus juga belajar di pondok pesantren. Ia harus selalu bisa
mengikuti mata pelajaran SMA dan pondok pesantren, sehingga dia harus
bisa membagi dan memanfaatkan waktunya untuk belajar materi mata
pelajaran SMA dan belajar materi mata pelajaran pondok pesantren. Kunci
utama inisiatif Titeu Sunrani adalah pengaturan waktu. Ia bisa membagi
waktu kapan harus belajar mata pelajaran SMA dan belajar mata pelajaran
pondok pesantren. Akhirnya ia dapat lulus dengan baik dan mendapatkan
apa yang dicita-citakannya.
- Contoh lain: Pak Dimas adalah seorang kepala sekolah di sebuah SMA.
Walaupun beliau sibuk mengajar namun bisa membagi waktunya untuk
kepentingan sekolahnya. Selain itu ia bertempat tinggal cukup jauh dari
sekolah. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah bisa mencapai satu jam
setengan dan itu ia jalani setiap hari, akan tetapi dia selalu tepat
waktu dan tidak pernah terlambat dan selalu menjadi orang yang pertama
datang di sekolah. Hal itu karena ia bisa memperhitungkan waktu, mendata
dan menentukan skala proiritas hal yang harus didahulukan kemudian
dikerjakan dengan tekun, teliti, kerja keras, kerja cerdas dan kerja
ihlas. Sehingga seberat dan sebanyak apapun beban pekerjaan yang dialami
Pak Dimas ia dapat menyelesaikannya dengan baik.
Kesimpulan dari contoh diatas adalah kerja keras itu bukan hanya
gigih dan semangat tinggi. Berinisiatif adalah usaha yang menghasilkan
dengan pengaturan waktu yang baik dan terencana.
4. Rela berkorban
a. Pengertian Rela Berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan
atau dengan kemaun sendiri. Berkorban berarti memiliki sesuatu yang
dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela
berkorban dalam kehidupan masyarakat berati bersedia dengan ikhlas
memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan
orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan
cobaan penderitaan bagi dirinya sendiri.
b. Bentuk Perilaku Rela Berkorban
1. Rela berkorban dalam lingkungan keluarga ;
- Biaya untuk sekolah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya
- Keihlasan orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya
2. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan sekolah :
- Pemberian dari siswa berupa sumbangan pohon, tanaman dan bunga untuk halaman sekolah
- Para siswa dan guru mengumpulkan sumbangan pakaian layak pakai untuk meringankan beban warga yang tertimpa bencana.
3. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan masyarakat :
- Warga masyarakat bergotong royong meperbaiki jembatan yang rusak karena longsor
- Warga masyarakat yang mampu menjadi guru sukarelawan bagi anak-anak yang terlantar putus sekolah dan tidak mampu
4. Rela berkorban dalan lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara :
- Para warga negara atau masyarakat membayar pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan
bangunan
- Warga masyarakat merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi dengan memperoleh penggantian yang layak
c. Cara Menumbuhkan Sifat Rela Bekorban
- Selalu peduli dan memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara selain dari kepentingan pribadi.
- Suka memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama
- Gemar memberikan pertolongan kepada sesama
- Penyantun dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.
- Menjauhi sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.
C. Husnudzan kepada Manusia (orang lain)
- Membiasakan Perilaku husnudzhan dalam kehidupan sehari-hari
- Perilaku Qana’ah
Salah satu sebab yang membuat hidup ini tidak tentram adalah
terpedayanya diri oleh kecintaan kepada harta dan dunia. Orang yang
terpedaya harta akan senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang
dimilikinya. Akibatnya, dalam dirinya lahir sikap-sikap yang
mencerminkan bahwa ia sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah Sang
Maha Pemberi rezeki.
Orang-orang yang cinta dunia akan selalu terdorong untuk berburu
segala keinginannya, meski harus menggunakan segala cara: licik, bohong,
mengurangi timbangan atau sukatan, dan sebagainya. Ia juga tidak pernah
menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian.
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian
apabila kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata:
‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’.
Sebenarnya itu adalah ujian, tapi kebanyakan mereka itu tidak
mengetahui” (QS. Az-Zumar (39):49).
Ayat tersebut mengindikasikan adanya orang-orang yang tidak tepat
dalam menyikapi harta dan dunia yang diberikan kepadanya. Ia menyangka,
ketentraman hidupnya ditentukan oleh banyak-tidaknya harta yang ia
miliki, besar-kecilnya tempat tinggal, tinggi-rendahnya kedudukan dan
pangkat yang disandangnya.
Ketentraman hidup sesungguhnya hanya dapat diraih melalui penyikapan
yang tepat terhadap harta dan dunia, sekecil dan sebesar apa pun harta
yang dimilikinya. Sikap demikian dikenal dengan sebutan qanaah, yang
berarti merasakan kecukupan dan kepuasan atas harta dan dunia miliknya.
Orang yang qanaah hidupnya senantiasa bersyukur. Makan dengan garam
akan terasa nikmat tiada terhingga, karena ia tidak pernah berpikir
tentang daging yang tiada di hadapannya. Makan dengan sayur lodeh atau
daging akan sangat disyukurinya. Ia pun akan berusaha untuk membagi
kenikmatan yang diterimanya itu dengan keluarga, kerabat, teman atau pun
tetangganya, karena ia ingat pada orang-orang yang hanya bisa makan
dengan garam saja.
- Perilaku Tasamuh
Makna
tasamuh adalah sabar menghadapi
keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal
mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan batil menurut
pandangan, dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan celaan yang
membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya. Asas ini
terkandung dalam banyak ayat Al-Qur’an diantaranya, “Dan janganlah
kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah, yang
menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu.
Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia
mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”. (QS.Al-An’am:108)